Tingginya Tingkat Pengangguran Kaum Muda Menjadi Tantangan Pemerintah

Jumat, 18 Juli 2025 19:16 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Pengangguran Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Iklan

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Pemerintah Indonesia menghadapi tingkat pengangguran muda tertinggi di Asia.

***

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Pemerintah Indonesia menghadapi tingkat pengangguran muda tertinggi di Asia. Sekitar 16 persen atau sedikitnya 44 juta penduduk Indonesia berusia 15-24 tahun menganggur, lebih dari dua kali lipat tingkat pengangguran muda dibanding di negara tetangga Thailand dan Vietnam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan laporan surveI yang diterbitkan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura pada bulan Januari, anak muda Indonesia menunjukkan sikap yang jauh lebih pesimis terhadap perekonomian dan pemerintah dibandingkan rekan-rekan mereka di Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Vietnam.

Dibanding dengan negara ASEAN Lainnya, minimnya program pelatihan vokasi dan program magang  yang efektif dibandingkan dengan negara tetangga seperti Vietnam atau Malaysia menjadi penyebab utama tingginya pengangguran pada kaum muda. Di Malaysia, misalnya, terdapat lebih banyak skema hubungan industri-universitas dan program peningkatan kemampuan kerja lulusan.

Hanya sekitar 58 persen anak muda Indonesia yang menyatakan optimistis terhadap rencana ekonomi pemerintah, menurut survei tersebut, dibandingkan dengan rata-rata 75 persen di enam negara tersebut.

Para ekonom menunjukkan berbagai faktor penyebab tingginya angka pengangguran muda di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini, mulai dari undang-undang ketenagakerjaan yang kaku yang mempersulit perekrutan hingga upah yang rendah sehingga tidak menarik bagi  tenaga kerja yang cakap.

Indonesia, dengan populasi yang sangt besar  lebih dari 280 juta orang, sedang berjuang keras melawan pengangguran kronis di kalangan kaum muda.

Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2024, Sekitar 56 persen angkatan kerja Indonesia bekerja di sektor informal, menyebabkan jutaan orang berada dalam kondisi rentan dan tanpa perlindungan jaminan sosial.

Menurut dosen Departemen Ilmu Ekonomi, IPB Bogor, Deniey Adi Purwanto Penurunan tingkat pengangguran terbuka belum tentu mencerminkan kinerja yang baik di pasar tenaga kerja, karena Kualitas pekerjaan dan lapangan kerja informal masih menjadi masalah utama.

Sedangkan bagi kaum muda, ketidaksesuaian antara jumlah pencari kerja dan lapangan kerja sangat parah.

Pertama, lulusan pendidikan menengah dan tinggi tidak selalu sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, dan proporsi informalitas juga tinggi,

Dengan jumlah anak muda yang sangat besar, sehingga tekanan pada pasar tenaga kerja jauh lebih tinggi.

Sedangkan jumlah lulusan pendidikan menengah dan tinggi juga meningkat pesat karena lulusan perguruan tinggi muda menghindari pekerjaan informal yang bergaji rendah, sehingga mereka memilih  menunggu pekerjaan yang sesuai, akibatnya angka pengangguran semakin membengkak

Penyebabnya kekurangan program pelatihan vokasi dan pemagangan yang efektif, dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam atau Malaysia.

Di Malaysia, misalnya, terdapat lebih banyak skema hubungan industri-universitas dan program peningkatan kemampuan kerja lulusan

Akibatnya terjadi kesenjangan regional yang mencolok di Indonesia, yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau, permasalhan menjadi semakin parah karena kaum muda di daerah terpencil dan pedesaan merasa sangat sulit untuk mengakses pekerjaan yang laya khususnya terjadi di daerah-daerah di luar Pulau Jawa,

Bagikan Artikel Ini
img-content
SADARUDIN BAKRIE

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler